“Rika…Rika,,,” bapak berteriak
mencariku disetiap sudut ruangan rumah
“iya Pak…ade apeee” aku
membalas teriakan itu tanpa beranjak dari tempatku cuci piring
“Rika di mana?” bapak yang
kurang mendengar dengan jelas suara ku tetap-mencariku, membuka setiap
pintu-pintu kamar seluruh sisi dirumah
“Rika di dapur Pak” aku yang
asik mencuci piring bersama Irma sahabatku tetap saja tidak beranjak. Bapak
yang sudah mengetahui tepat persisku langsung menuju dapur.
“Ka, telfon lah Irma nak,
suruh dia ngawankan rika di rumah” aku yang hanya mendengar suara, serta melihat kaca mata bapak yang berdiri di
ruang tengah yang gelap, tertawa kecil
“untuk apa lagi di telfon
Pak, Irma nya udah ada disini nah, bantu Rika cuci piring”
“ouh, Irma keh tu? Tak liat
Pak Ude Ma!” bapak ku langsung menegur Irma
“Bapak mau pergi ke rumah Pak
Nga jam berape?”
“mau pergi dah ni, Irma kawan
kan Rika ye?” bapak menitip ku ke Irma, sedikit tak terima sih, emang nya aku
anak amur lima tahun yang harus dititip-titp, taapi yah udah lah,
“Iye Pak Ude! Irma menjawab
dengan singkatnya.
Kalian mungkin bingung
mengapa Irma bisa berada dirumah ku hari ini, dengan mencuci piring pula. hmmm,,
ini mungkin sedikit aneh bagi kalian, tapi tidak dengan ku, Irma memang sudah
sering seperti ini bersama ku, hampir setiap orang rumah mau jalan ke rumah
keluarga-keluargaku pada malam hari Irma selalu menemaniku.
Jaga rumah? Bête sih rasanya,
tapi inilah takdirku. Setiap orang rumah bepergian akulah yang mendapat jatah
giliran untuk jaga rumah, tak peduli siang ataupun malam. Tetap saja aku
disuruh jaga rumah. Tidak ada rasa bimbang orang rumah setiap kali menyuruh ku
jaga rumah. Bukan karena mereka tak
sayang kepada ku, tapi karena mereka menganggapku cukup besar untuk diamanahkan
jaga rumah. Bahkan abang ku pernah
bilang kalau aku adalah anak yang pemberani, itu terlihat dari alis mata ku
yang nyambung. Hmmm, aku tidak percaya itu, aku rasa itu Cuma alasan abang ku saja
supaya aku mau jaga rumah. Percaya gak percaya sih, tapi inilah aku, anak
bungsu yang selaaalu disuruh jaga rumah.
“Ka,…”
“Iya Pak,,,”
“nalaiko indomie, manasu ko,
melupuk Irma ro!” bapak memberiku peritah singkat. Tanpa memberi renspon atas
perintah bapakku aku langsung menoleh ke Irma yang duduk disebelah kiri ku
“Melupuk ko Ma?” aku dengan
nada mengejek melontar kan sebuah pertanyaan ke Irma. Irma pun dengan nada
jutek nya menjawaba pertanyaan ku
“Tadak” ia berheti berbicara
sejenak, dan melanjutkan dengan omelan yang sedikit panjang bagiku “ ko kire aku tak ngerti keh apa bahasa bugis
ha? Gini-gini aku dah kenal ko dari umur 3 tahun, masa Cuma kata itu pun aku
tak tau artinya?”
Dengan nada tak percaya aku
berkata “ emang nya ko tau artinya?”
“tau lah, tadi ko bilang ‘kau
lapar Ma’?, iye kan”
Aku tersenyum, “ iye lah ko benar”
“Pak Irma tak lapar tuh, dah
lah ye tak usah masak mie?” dengan muka sedikit melas aku berbicara ke pada
bapak ku
“terserah lah, O iye,,Rika
kunci semua pintu ya nak, matika kan lampu dapur, tutup semua jendela,,,,dan
bla,,bla,,,bla,,” ayah ku mulai memberikan aku setuta pesan, sebenarnya tidak
sampai sejutah sih, mungkin cuma puluhan, atau bahkan tak sampai sepulu. aku
saja yang tak kuasa mendengar semua pesan-pesan itu. Karena aku menganggap aku
sudah cukup besar untuk tau apa yang harus ku lakukan. Jadi setiap bapak ku
mulai memberikan celotehannya aku cuma menjawab dengan kata kembar
“iye..iye,,iye,,iye
pak…” tanpa menyimak apapun yang bapak
ku katakana, niat nya sih baik agar
bapak tak tersinggung karna aku cuekin, tapi sebenarnya ada niat lain dibalik
itu, aku berkata “iye” sebanyak mungkin agar tidak terlalu panjang lebar pesan
itu disampaikan kepadaku. Karena aku tau setelah bapak selesai memberikan aku
pesan-pesan apa-apa saja yang harus ku lakukan, Irma pasti akan mentertawakan
ku. dan dugaan ku itu tak pernah meleset. Irma tertawa lepas ketika bapak ku
telah beranjak dari tempat beridirinya, dia
mengejek ku sebagai anak papa yang nunggu disuapkan ketika mau makan.
Bulan mulai menunjukan batang
hidungnya, aku mengecek satu-persatu pintu rumah ku, dari pintu dapur, pintu
samping yang berada di ruang tengah, hingga pintu depan rumah ku. Tak lupa juga
jendela dapur dan jendela depan rumah.
Ada satu hal yang mejadi
kebimbangan ku, besok ada ulangan Harian Matematika, dan berdasarkan pengalaman
ku, setiap kali Irma menemaiku di rumah aku pasti tidak bisa tidur awal,
seperti orang insomnia gitu, biasanya Aku dan Irma baru bisa tidur ketika jam telah
menunjukan pukul dua atau tiga pagi.
“Waduh,,,gimana ini?
Bisa-bisa aku ngantuk waktu ngejakan soal MTK” itu lah yang menjadi pemikiranku
saat itu.
Aku membentang tikar tepat
didepan TV yang berada disamping tangga ruang tengah rumah ku, memasang kabel
penyambung untuk ngecas notebook, serta mengeluarkan buku paket MTK, tujuannya
sih siapa tau aku tiba-tiba dapat hidayah untuk belajar.
Jam terus berputar, aku dan
teman ku keasyikan menonton OVJ, seperti dugaan ku, buku MTK yang ku buka hanya
menjadi hiasan saja. Sesekali aku menuju ruang tamu, memastikan tak ada yang
patut dicurigai serta mengintip apakah bang Is tukang bengkel masih
buka.
Jam rumah ku berdetak
Sembilan kali, menunjukan seperempat malam telah datang. Suara-suara tak jelas
mulai berdatangan dari luar rumah ku, untuk kesekian kali nya aku ke ruang tamu
mengintip dari jendela untuk memastikan bang Is masih buka.dengan tujuan jika disaat
darurat aku bisa meminta tolong.
Irma mulai menunjukan gelagat
aneh, kepala dan mata nya tiba-tiba memandang ke lantai dua rumah ku, dan
kemudian ia mengelus dada nya, menarik nafas dalam-dalam dan menghembuskan nya
pelan-pelan, aku tau sekali bahwa dia sedang menenangkan diri nya sendiri.
posisi ku yang duduk berhadapan dengan tangga membuatku penasaran apa yang dilihat
oleh Irma tadi sehingga ia sampai mengelus dada seperti itu, tapi aku berusaha
bersikap cuek dihadapan Irma.
Dengan tujuan mencairkan
suasana aku melontarkan sebuah pertanyaan ke Irma
“ko kenapa ma?” Irma hanya
menggelengkan kepalanya dua kali dan mengeluarkan kata berintonasi pelan “tadak
apa-apa?” aku berusaha untuk tetap cuek, aku kembali menonton TV, dengan
sesekali memandang facebook ku apakah ada pemberitahuaan atau tidak.
Untuk kedua kali nya Irma
menunjukan gelagat aneh, dia tiba-tiba menolehkan kepalanya ke kiri, tepat
dimana pintu samping ruang tengahku berada, untuk kali ini Irma mengucapkan “ASTAGHFIRULLAH” hal itu membuat
ku semangkin penasaran, seperti nya kali ini lebih tak biasa dari yang pertama
tadi. Irma yang tampak semangkin tegang membuaku tak bisa menahan rasa cuekku.
Aku terdiam sejenak,
tiba-tiba terdengar suara langkah orang samping ruang tengahku, tepatnya di
didekat pintu samping rumah ku, aku memperhatikan celah yang ada di jendela
kaca didekat pintu, tapi diluar begitu gelap, membuat ku tak dapat melihat
apa-apa diluar sana. Aku memandang lapu ruang tengah tempat ku duduk, bertapa
terangnya lampu ini.
Difikiranku
tiba-tiba terlintas suatu asumsi “kami berdua tak dapat melihat apa-apa diluar
sana, tetapi orang di luar sana bisa saja melihat kita, jika di luar sana adalah
pencuri, dan dia nekat karena hanya melihat dua orang wanita didalam rumah,
habis lah kami”
Tiba-tiba suara itu terdengar
semangkin jelas, seperti orang yang berusaha mengintip kedalam rumah namun
tersandung kayu. Aku tau sekali membedakan suara tikus dan kucing, tapi kali
ini berbeda,Ini bukan binatang. Suara itu tiba-tiba mengeras, membuat jantungku
tiba-tiba berdebar. Darah ku serasa mengalir deras ke ubun-ubun. Tanpa fikir
panajang aku langsung berkata kepada temanku
“Irma, masuk
kamar yok?” renspon mengagetkan aku dapat dari Irma, ia langsung masuk kamar
tanpa membantuku mematikan TV, matikan lampu, serta men-turn of notebook.
Aku menjadi semangkin panik.
Kumatikan TV ku cabut changer notebook, tanpa mematikan lampu aku langsung lari
ke kamar, mengunci pintu kamar serta tak lupa meletakkan baskom berisi pakaian
kotor dibelakang pintu.
Entah kenapa lututku
tiba-tiba terasa lemas, tangan ku bergetar seperti orang kedinginan. Aku
langsung mencabut modem dari notebook ku, dan memasukkan notebook ke lemari
tanpa me turn of kannya lebih dahulu.
Hati ku galau, aku bingunng
apa yang harus kulakukan sekarang, buku Irma dan bukuku berlamparan diruang
tengah, lampu diruang tengah pun tak sempat aku matikan. Ditambah lagi Irma
menanyakan aku beberapa hal
kepadaku.
dengan nada yang sedikit
berbisik iaberkata “Rika, pintu luar udah ko kunci belum” aku kurang jelas
mendengar apa yang dikatakan Irma pada saat itu, hanya saja aku mengikuti gerak
mulut nya
sehingga aku paham apa yang ditanyakannya.
Dengan penuh keyakinan aku menjawab “udah” kemudian Irma betanya kembali
“pintu samping sama dapur”
“udah”
“pintu atas?”
Aku terdiam menunduk, aku
binngung harus jawab apa, karena magrib tadi aku cuma mengecek pintu di lantai dasar saja. Irma kemudian
berkata
“aku tadi mendengar hal-hal
aneh diatas, aku juga melihat bayangan seperti orang di sana, aku
takut jak ada pencuri atau apa diatas”
Kata-kata Irma membuat ku
berfikir apa yang harus kujawab, jika ku
jawab
pertanyaan Irma dengan kata tidak tau pasti Irma akan semangkin cemas akhirnya
aku memutuskan untuk berkata
“udah” aku menarik nafas
kemudian aku menambah jawaban ku “ Ma, soal hal-hal yang lain selain manusia
tak usah ko hirau kan!, itu sih ko baca Ayat Kursi udah binasa, yang perlu ko
takutkan ini manusia, (dalam tanda kutip)
pencuri nya, kalau tiba-tiba dia masok ko mau buat ape? lemparkan kursi?, mau
cari di mana kursinya? Ha!” Irma tertawa kecil, kurasa kali ini aku berhasil
membuatnya tidak terlalu tegang.
Di benakku aku hanya ada ayat
suci Al-qur’an, ku baca surah-surah yang ku hapal berisi tentang perlindungan
kepada Allah atas niat jahat manusia. Sungguh hal itu membuat ku lebih tenang.
Aku mulai merebahkan tubuh ku
di atas kasur agar tubuh ku tidak semangkin lemas, Irma pun mengikuti apa yang
aku lakukan, aku dan Irma berbaring
berlwanan arah saat itu, di mana posisi kepala Irma berada di samping
kakiku dan kepalaku berada di samping kaki nya. Aku tak mengerti mengapa aku dan Irma tidur dalam posisi
seperti itu, yang pasti Irma bilang,
Ia ingin berbaring dengan mata nya menghadap pintu, agar jika
ada hal-hal yang aneh ia akan siap memasang kuda-kuda. Aku tau Irma sabuk hijau
karate dan juga
pernah belajar bela diri polisi, tapi sepertinya memasang kuda-kuda disaat yang genting seperti ini menurutku bukanlah hal yang tepat. Setelah kami berbaring akhirnya aku
ketiduran, sepertinya untuk kali ini tradisi tidur jam dua atau jam tiga pagi
kurasa tidak berlaku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
menerima kritik dan saran yang membangun :)